Dua Buah Pertanyaan

Punya pikiran baik saja tidak cukup. Yang penting adalah menggunakannya secara baik.

- Rene Descartes -

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

        Dua Buah Pertanyaan

        Alkisah, hiduplah seorang raja yang merasa kesulitan dengan tugas-tugas kenegaraan yang sangat banyak.
        Suatu hari ia berbicara kepada istrinya, "andai saja saya dapat mengetahui masalah mana yang paling penting dan mendesak
        sehingga saya dapat bekerja lebih efektif dan menjadi raja yang lebih baik".
        Ratu kemudian mendesak ia untuk berkonsultasi dengan salah satu orang bijaksana yang ada di kerajaannya.
        Satu persatu dipanggilnya. Sarjana, politisi, pendeta, penasehat. Tetapi setiap orang mempunyai pendapatnya sendiri tentang apa yang paling penting.

        Akhirnya, setelah hampir putus asa karena belum mendapat nasehat yang baik, raja itu memutuskan untuk menemui seorang pertapa yang tinggal di bukit.
        Ketika ia mendekati tempat tinggal pertapa itu, ia melihat bahwa pertapa itu sedang menggali kebunnya.
        Pertapa itu tidak menghentikan pekerjaannya sambil mendengarkan dengan seksama permintaan raja untuk sebuah nasihat.
        "Saya punya dua pertanyaan," jelas sang Raja. "Kepada siapa saya harus menghabiskan waktu lebih, perhatian lebih dan fokus lebih?
        dan, peristiwa apa yang paling penting, sehingga harus diselesaikan lebih dahulu?"

        Pertapa itu mendengarkan sambil terdiam dan tanpa menghentikan pekerjaannya. Raja menyadari bahwa pertapa itu sedang bekerja keras dan lelah.
        "Mari," kata sang Raja, "Saya lihat anda kelelahan, beri saya sekop dan saya bantu anda menggali." Pertapa itu berterima kasih dan memberinya sekop.
        Raja menggali kebun tersebut selama dua jam, sebelum akhirnya bertanya kembali kedua pertanyan tersebut. Pertapa belum juga memberi jawaban.                 Pertapa itu malah mengambil kembali sekopnya dan meneruskan penggalian. Raja itu menolak dan meneruskan membantu menggali, sampai petang.

        Akhirnya sang raja menaruh sekopnya dan berkata, "Saya kesini untuk bertanya dua pertanyaan itu,
        karena anda tidak bisa atau tidak mau menjawabnya, saya akan pulang."
        Pertapa menjawab, "Lihatlah, seseorang berlari kearah sini. Mari lihat siapa dia."
        Raja kemudian berbalik dan melihat seorang berjanggut berlari mendekat, sambil memegang perutnya yang terluka.
        Setelah orang itu menjangkau sang Raja, ia terjatuh di kakinya dan merintih kesakitan.

        Raja dan pertapa segera membersihkan lukanya dan mengobatinya sebisa mereka. Raja membungkus luka dengan sapu tangannya
        dan pertapa itu mengganti bajunya dengan bajunya. Setelah beberapa saat, lukanya mulai mengering, kemudian pertapa bersama sang Raja
        menggotongnya ke dalam dan di letakkan di peraduan sang pertapa. Kecapaian setelah seharian bekerja keras, Raja itu pun tertidur.

        Keesokan harinya, ia melihat pria itu menatap kearahnya dan berkata, "ampuni saya."
        "Saya tidak kenal kamu, dan tak ada alasan yang membutuhkan saya memaafkan kamu."
        Pria itu kemudian mengaku, "saya telah bersumpah untuk membalas dendam atas hukuman mati yang kau timpakan kepada saudaraku,
        sehingga saya mengikuti anda ke gua pertapa ini dan berencana membunuh anda."
        "Ketika anda tidak segera kembali, saya keluar dari persembunyian saya dan kemudian tertangkap oleh pengawal anda yang mengenali saya
        dan menyerang saya. Saya berhasil melarikan diri, tetapi saya pasti akan mati kehabisan darah apabila anda tidak menolong saya.
        Saya ingin membunuh anda, tapi anda malah menolong saya. Mulai sekarang saya berjanji akan menjadi hambamu yang paling setia. Maafkan saya."
        Segera, Raja mengampuninya. Ia juga berjanji merawat orang itu sampai sembuh benar.

        Raja kemudian meninggalkan pria itu dan menemui pertapa, sedang sibuk menggali.
        "Untuk terakhir kalinya, maukah anda menjawab pertanyaan saya?" tanyanya, "atau saya akan pergi."
        "Tapi anda sudah mendapat jawabannya," jawab pertapa.
        "Saya tidak mengerti," kata Raja.
        "Kemarin," pertapa itu menjelaskan, "anda punya rasa kasihan dengan kelelahan saya, sehingga anda tinggal untuk membantu.
        Apabila anda langsung pulang, tentunya anda sudah mati diserang pria itu. Jadi tugas yang paling penting adalah menunjukkan rasa kasihan.
        Kemudian ketika orang itu datang kesini anda segera membantu dan merawatnya.
        Apabila tidak anda lakukan itu, tentunya ia sudah mati kehabisan darah dan tidak bisa berdamai dengan anda.
        Pada saat ini dialah orang paling penting, dan merawatnya adalah tugas yang terpenting saat ini.

        "Jawaban untuk pertanyaan anda adalah hanya ada satu waktu yang penting. Waktu yang penting itu adalah sekarang ini.
        Sedangkan orang yang paling penting adalah orang yang berada di sebelah kita. Tuhan hanya memberi kesempatan satu kali setiap kali.
        Orang yang bersama saya waktu sekarang dan tugas yang ada segera di hadapan saya adalah selalu lebih penting
        dari yang ada di masa lalu maupun di masa yang akan datang. Masa lalu sudah menjadi sejarah, dan masa depan mungkin tidak pernah terjadi.
        Masa sekarang inilah yang paling nyata."


- Wisdom Stories -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar